Senin, 30 Desember 2013

Kado Terakhir Sahabat





KADO TERAKHIR”


Awalnya,
Saat pertama kali aku memasuki kota Malang, aku seperti mendapatkan sengatan magic yang tidak terdefenisikan. Maka, ketika saat ini, saat aku telah diberi kesempatan untuk tinggal di kota ini, aku berjanji untuk mengkristalkan Malang di kepalaku dalam sebuah tulisan. Jalan-jalannya, budayanya, orang-orangnya –yang menurutku sedikit aneh, entahlah-, dan apapun yang tertangkap oleh hatiku.­
Malang, kota bunga, aku akan melukiskan impianku di sini. Lewat tangan dan hatiku. Semoga apa yang baru sekedar aku angankan ini, menjadi cambuk untuk menjelma menjadi sebuah hal yang benar adanya.

#   #   #
Malang, Pertengahan Agustus 2013
            “Hupp..., aku merebahkan tubuhku ke atas kasur,menghela nafas , dan meletakkan sprei yang baru saja ku ambil dari lantai dua. Mengedarkan pandangan ke ruangan kamarku yang lengang, karena memang hanya aku sendiri yang berada di kamar ini, Ummu Salamah, 34.
            Aku memejamkan mata dan melayangkan pikiranku, mengingat rangkaian kejadian Juni lalu, saat derai tawaku bersama mereka.

#   #   #
Qodratullah, Green Ma’had , Juni 2013
            “Happy birthday....Happy birthday.....Happy birthday to you...”
Fiuhhh..., sempurna, lilin masih mengepulkan asapnya saat tiupan itu menyerbu, aku tersenyum bahagia, begitu pula dengan wajah –wajah enam sahabatku.
            “Selamat ulang tahun ukhti sayang.” Ku jabat tangannya dan kucium pipi kanan dan kirinya. Segala do’a terbaikku untukmu, ucapku pelan. Dhini melakukan hal serupa, disusul oleh Bella, Lina, Fauziah, Dewi, dan Oka...,
            Hari ini, 26 Juni 2013.. tepat 18 tahun usia sahabat dan motivator terbaikku. Apriana Nurhidayah.
            “Maaf ukhti.. kami tidak bisa memberi sesuatu yang special, apalagi istimewa untukmu hari ini.” Aku memberi sebuah buku bersampul biru muda padanya...ia memandangku, seolah menyiratkan pertanyaan. “Apa ini ?”Aku buru–buru menyadari.
            “Aku wakilkan semua perasaanku lewat tulisan yang ada di dalam buku itu  ukhti.” Ucapku. Ia mengangguk. “iya..terima kasih ukht” balasnya.
Tak ada yang istimewa sama sekali hari ini, hanya biskuit yang bertumpuk, yang kami anggap sebagai kue ulang tahun, dan sebatang lilin putih. Sesederhana itu saja. Aku melihat ia mengatupkan kedua tangannya ke muka ,kemudian menyeka lembut sudut matanya. Pintu mushola berderit, angin membelai lembut wajahku di bawah temaram cahaya lampu. Malam telah membentangkan gelapnya dengan sempurna. Aku melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangan kiriku , 12.43.

#   #   #
Qodratullah ,Green Ma’had, Akhir juni 2013
            Taukah kalian, buku yang ku beri untuk Apriana di hari ulang tahunnya itu, hanya berisi tulisan –tulisan biasa, tapi aku tak pernah menyangka jika itu bisa membuat jatuh kristal-kristal bening dari sudut matanya.
            Seperti sore itu, saat aku tak sengaja keluar dari pintu utama asrama kami. Aku melihatnya duduk di tangga paling atas sambil menyeka sudut matanya, buku bersampul biru itu tergeletak di samping tempat duduknya begitu saja. Aku merebahkan tubuhk , duduk di sampingnya.
            “Mengapa menangis ukht?” pertanyaan itu terlontar begitu saja tanpa aku sadari.
            Dan seperti yang kuduga, ia menggeleng..“Tidak apa –apa,” ucapnya lemah, lalu meninggalkan aku begitu saja.
            Sore itu merambat pelan,, langit kuning keemasan seperti sisik naga yang tersepuh, sejenak aku termenung, apakah karena bait – bait tulisan itu??
            Entahlah... aku jadi merasa bersalah padanya.
#   #   #

            “Catatan Hati Sang Pemimpi” begitu yang tertulis di bagian paling awal tulisan itu.Setelah dilihat, di semua lembar tulisan itu lebih mirip seperti narasi, dengan dilengkapi tanggal di sudut kanan atas buku. Itu adalah catatan hatiku  belakangn ini.
                                                                                    Ma’had kami,18 mei 2013

            “Qodratullah”.... surga kecil yang telah mengajarkan aku banyak hal.... mengeja Al Quran, dan tentu saja sejuta kebersamaan  dan indahnya berbagi....
Dulu.. aku yang tertutup dan tidak mau mengenal siapapun,  cengeng,  dan menangis  dengan memasukkan kepala ke dalam lemari.. lucu sekali  jika harus ku kenang hingga saat ini.. di tempat ini juga aku dikenalkan dengan sosok –sosok manusia aneh, lucu, dan entah harus bagaimana aku mendefenisikannya. Wajah wajah yang tidak ku temukan dalam dunia ku dulu. Mereka yang telah mengajarkan kepadaku makna sebuah kehidupan...hingga aku bisa mengerti,.. namun.. waktu yang menelan kebersamaan ku bersama mereka,,, tak dapat aku lukiskan,, ternyata sampai di sini gilingan mata penaku di ma’had ini..., ukhti.. ternyata ini adalah akhir dari jihad ku, jihad mu , dan jihad kita disini.  Biarlah waktu yang akan mengakhiri perjalanan, perjuangan, dan keikhlasan kita di ma’had tercinta ini.  Semoga jihad ini berakhir dengan manisnya sebuah keberhasilan. aku yakin waktu akan berbaik hati untuk mempertemukan kita kembali, di episode kehidupan dan perjuangan yang baru..

Di lembar birikutnya.. tulisan tulisan yang sama,  namun terkesan ditulis asal-asalan....
                                                                                    Ma’had kami 05 juni 2013
            Ukhtie sayang... dulu.. kamu sering bercerita tentang keindahan pulau jawa, dan entah mengapa? aku jadi ingin menapakkan kakiku di sana. ingin sekali, hingga kau berjanji bahwa kita akan pergi bersama,, dan engkau janji akan mengajakku keliling surabaya, namun.. aku tak pernah tau , jika engkau  akan pergi lebih dulu.. sebenarnya,, aku merasa impianku untuk pergi ke sana  hilang tanpa bekas.. dan entahlah., aku tak tau apakah aku masih bisa menapakkan kakiku di sana..,, jika waktu tak mengizinkan, berarti aku harus rela tetap tinggal di sini.  palembang dengan ampera dan sungai musi nya,....
            Lembar – lembar berikut nya masih dengan cerita yang sama..
           
“Entah mengapa aku merasa semakin menjauh dari mimpi – mimpi itu,  aku merasa  ada yang akan hilang dalam hari – hariku ke depan. Malam ini ingin sekali aku menumpahkan semua keluh ku..Biarlah semua menjadi prolog perjuangan ku di ma’had ini..  aku merasakan hal yang berbeda, di satu sisi, rasanya tetap ingin berada disini, namun disisi lain.. masih ada jalan yang harus ku belah.. sangat ingin ku katakan bahwa aku masih betah berteman dengan buku dan pena ini..  walaupun kalian akan menghilang dari hari – hariku.. aku yakin .. waktu akan kembali  mempertemukan kita dalam wadah ukhuwah.. di lain episode...”

 Di lembar berikutnya, di tulis dengan huruf kapital ucapan “ Happy Birthday”..  dan serangkaian tulisan yang di tulis dengan sangat apik..
                                                        
                                                         Sudut indah Qodratullah, 26 Juni 2013
            Saat terbetik sebuah harapan di kalbu mu.. sebuah mimpi akan tertulis di lauh mahfudz –Nya..  dan saat ini aku ingin ikut menulis mimpi itu untuk mu..  “Semoga tak hanya keindahan pulau jawa yang kita saksikan bersama.., tapi california dengan segala keajaiban di dalamnya”.. oh iya, berangkat ke jawanya kapan ukht??? Semoga saja setelah wisuda “ Haflatul wada’ “ kita Juli nanti.. jadi nggak buat sedih teman teman....ehm,, semoga Allah menaungi mu selalu dalam lindungannya.. dalam indah nya Mahabbah ... semoga langkahmu kali ini tetap menjadi jihad..dan menjadi awal dari sebuah keberhasilan,, aku yakin kita akan menjdi orang yang sukses ...  kita bertemu setelah kesuksesan itu telah kita rengkuh... ukhti.. Kami menyayangimu karena Allah...
“HAPPY BIRTHDAY UKHTIE... MAY ALLAH BLESS YOU....

            Lembar – lembar berikutnya  tak ada lagi guratan pena..hanya lembar – lembar kertas yang belum sempat ditulisi..

#   #   #
            Pintu kamarku berderit,aku terperanjat dan slide kenangan itu hilang begitu saja, sesosok wajah menyembul dari balik pintu diikuti oleh senyuman manis. Aku buru – buru duduk dan tersenyum. Dia begitu ramah dan mengulurkan tangannya.
            “Yuyun Wahyuni.” kenalnya.
            “ Ayu..., Lengkapnya Ayu Lestari. “ Balasku.
            “Oh.. “ Dari mana”? tanyanya lagi.
            “Dari Palembang.” Jawabku singkat.
            “Saya asli Mojokerto .” lanjutnya.
“Iya.” Aku hanya mengangguk. Perkenalan singkat itu berlanjut dengan basa–basi saedanya. Satu jam berikutnya aku kembali disibukkan dengan perkenalan antar room’s members. Umi Firdausiyah, Faidhotur Rohmah Firdausi, Izadatul Husna, Novivy Ratna Sari, Isna Azizah, dan satu nama yang aku selalu lupa atau bahkan salah saat menyebutkannya, Shofhatul Maulidiyah Hasanah. Dan ingin kukatakan bahwa mereka semuanya perfect, tiap lekuk wajah mereka seperti pahatan indah dan elegant. Bahkan membuatku terperangah.
Satu menit... Lima menit ..hingga satu jam berlalu, semua membuatku ingin tertawa. Aku hanya melongo mendengarkan mereka berbicara, dan seperti anak kecil yang tanpa tau apa yang mereka bicarakan. Bingung,, mau diam atau ikut tertawa, atau mungkin aku yang di tertawakan. Ah.. entahlah, mereka memberiku makna yang ambigu.
“Ayu ora ngerti rek.” Kalau tidak salah, begitu yang ku dengar di akhir percakapan mereka, selanjutnya diikuti derai tawa semua yang ada di kamar, ~ kecuali aku ~.

#   #   #

Malang , Akhir Agustus 2013
            “Ayo yukk..”  mbak Husna meneriaki ku dari tangga lantai tiga mabna kami ~ada embel  embel huruf “k” di ujung namaku sekarang~.
            “Iya mbak, Ayu  turun nih..”
Aku berjalan setengah berlari, bergegas menuruni tangga, adzan isya menggema, menelisik sayup di antara begitu banyak kesibukan yang berseliweran. Sempat sempatnya aku membalas short message yang baru saja muncul di inbox. Dalam sepersekian menit, aku telah menekan tombol send, dan melayangkann pesan singkat kepada si pengirim.
            “Maaf mbak ,, lama.” Sesalku.
            “Ndak apa yukk.” Ucapnya dengan logat khas.
Kami berjalan berdampingan, dan berpisah di pertigaan masjid Ulul Albab. Aku mempercepat langkah agar segera sampai di kelas tanpa embel embel terlambat, dan benar saja, kelas terbuka dan hanya ada dua orang teman yang sibuk berkutat dengan gadged masing–masing. Aku menarik nafas lega, lalu duduk dan mengeluarkan buku pelajaran sebelum kelas Pkpba dimulai. Sepuluh menit berikutnya kelas mulai ramai, lebih mirip pasar minggu ku kira.
“Bismillah..awal perjuangan yang sulit, semoga menuai sebuah keberhasilan di akhirnya, diawali dengan tangis, semoga berakhir dengan manisnya senyuman kepuasan. Do’aku dalam hati.”

#   #   #

 Malang, Pertengahan September, 2013
 Setelah sebulan aku berada di duniaku yang baru,  begitu banyak hal aneh, lucu, yang tak bisa aku ceritakan di lembar–lembar ini. Entah mengapa malam ini aku begitu rindu ingin menggoreskan tinta di lembar  lembar catatan hatiku. Entahlah... Akupun tidak memahaminya.
“Catatan Hati Sang Pemimpi”. Kata itu tertulis di bagian paling awal tulisan. Di bawah cahaya redup lampu kamarku, aku seolah merasa seperti kembali ke masa lalu, mataku seolah menerawang menembus langit–langit kamar, aku benar benar merasakan sensasi yang berbeda setelah berada di kota ini. Aku tak bisa berbohong bahwa aku ‘kerasan’ tinggal disini, bahkan mungkin kota ini telah mencuri separuh dari hatiku. Walau di sisi lain aku tetap merindukan Palembang dengan segala keindahan dan orang–orangnya tentu saja. Aku menikmati detik detik saat aku berada disini, tempat yang dulu aku pikir bahwa aku tak akan pernah berada dan menapakkan kakiku di sana.
Perlahan aku mulai membuka lembar buku catatan itu, terakhir aku menulis, minggu lalu sepertinya.

Campus Ulul Albab , 12 September 2013,

“Apa kabar ukhtie?? Ku harap kau tidak kaget saat membaca tulisan – tulisan ini, aku tau kau memiliki setumpuk jadwal dan segudang kesibukan. Awal agustus lalu aku mengirimkan sebuah e-mail, tapi tak ada balasan, dan akhirnya aku berencana menulis disini. Tapi entah kapan aku bias memberikannya . Aku punya banyak cerita ukhti, yang mungkin semua tak sempat ku ceritakan disini, libur semester nanti, kita akan bercerita banyak hal. Oke.
Ehm.. terkadang memiliki dan berada di dekat kalian memang membuatku jengah dan bosan, tapi taukah kalian, taukah kamu ukht...tanpa kalian, ternyata hariku juga menjadi kelabu dari biasanya. Dan kamu tau ukht? Di sini aku seperti menemukan dunia baru, rasanya seperti berada di planet lain, asing sekali, tapi pertama kali aku memasuki kota malang , aku seperti mendapatkan sebuah sengatan magic yang tidak dapat aku defenisikan.Seolah ada yang mengatakan bahwa disini mimpi - mimpi ku akan berawal, tapi aku juga tidak tau ukht.
Oh iya.. ingin ku katakan bahwa aku seperti menemukan sosok kalian kembali dalam episode perjuanganku kali ini, yah..dengan teman baru, dalam dunia yang juga baru. Mereka seperti memberiku kekuatan, di kamar aku sering ditertawakan, di anggap lucu dan mengalihkan dunia mereka. Padahal, kupikir itu hal yang dulu biasa aku lakukan bersama kalian, entah mengapa aku dijadikan sebagai media hiburan mereka, tapi tak apa, dengan begitu semua menjadi lebih berwarna. Iya kan???
            Ehm... tawaranmu untuk mengajakku keliling surabaya masih berlaku kan?? Aku yakin kamu tidak akan lupa.

Itu catatan minggu lalu, malam ini aku kembali mengguratkan mata penaku.
                                                            Campus Ulul Albab 19 September 2013

Ehmmm...Ukhti,, aku masih setia berteman dengan buku dan pena ini. Terima kasih untuk ucapan ulang tahun mu di hari ultah ku kemarin,, aku senang kok, walau hnya dikirim lewat sms.. ternyata, walaupun jauh..kalian tak melupakan aku, haha..  ehm..aku punya cerita ukht,,, Ultah ku kemarin di rayakan oleh teman satu kamarku, di nyanyikan lagu” Happy Birthday” dan di suruh potong kue imitasi~ setumpuk biskuit dengan susu dan taburan energen diatasnya ~sama seperti yang kalian kakukan saat ulang tahunku dulu. Aku bahagia banget tau.. sesuatu yang  menurutku cukup ‘surprise’.
            “ayo yuk.. potong kuenya.” Mereka menyuruhku memotong kue, sambil bertepuk tangan, aku malu ukht,,,, sedih juga sih sebenarnya, aku membayangkan jika kalian hadir dan berada di ultahku saat itu.
            Aku membayangkan saat kalian menyanyikan nasyid Brother “Untukmu Teman” lalu kita saling menggenggam tangan satu sama lain, memejamkan mata lalu menangis bersama. Sungguh masa–masa yang tak pernah bisa hilang dari benakku...Ukhtie.....aku menyayangi mereka...aku menyayangi kalian karena Allah..

Aku tak sanggup untuk melanjutkan tulisan itu.. perlahan, aku menutup catatan itu. Aku menghela nafas pelan, rasanya aku ingin segera terlelap, dan bangun dengan sejuta harapan yang baru.

                                    Dalam rihlah panjang, Campusku tercinta, Ulul Albab








Tidak ada komentar:

Posting Komentar