“KADO TERAKHIR”
Awalnya,
Saat pertama kali aku memasuki kota
Malang, aku seperti mendapatkan sengatan magic yang tidak terdefenisikan. Maka,
ketika saat ini, saat aku telah diberi kesempatan untuk tinggal di kota ini, aku
berjanji untuk mengkristalkan Malang di kepalaku dalam sebuah tulisan. Jalan-jalannya,
budayanya, orang-orangnya –yang menurutku sedikit aneh, entahlah-,
dan apapun yang tertangkap oleh hatiku.
Malang, kota bunga, aku akan
melukiskan impianku di sini.
Lewat
tangan dan hatiku. Semoga apa yang baru sekedar aku angankan ini, menjadi
cambuk untuk menjelma menjadi sebuah hal yang benar adanya.
# # #
Malang, Pertengahan
Agustus 2013
“Hupp...,
aku merebahkan tubuhku ke atas kasur,menghela nafas , dan meletakkan sprei yang
baru saja ku ambil dari lantai dua. Mengedarkan pandangan ke ruangan kamarku
yang lengang, karena memang hanya aku sendiri yang berada di kamar ini, Ummu
Salamah, 34.
Aku
memejamkan mata dan melayangkan pikiranku, mengingat rangkaian kejadian Juni
lalu, saat derai tawaku bersama mereka.
#
# #
Qodratullah,
Green Ma’had , Juni 2013
“Happy
birthday....Happy birthday.....Happy birthday to you...”
Fiuhhh..., sempurna, lilin masih mengepulkan asapnya
saat tiupan itu menyerbu, aku tersenyum bahagia, begitu pula dengan wajah
–wajah enam sahabatku.
“Selamat
ulang tahun ukhti sayang.” Ku jabat tangannya dan kucium pipi kanan dan
kirinya. Segala do’a terbaikku untukmu, ucapku pelan. Dhini melakukan hal
serupa, disusul oleh Bella, Lina, Fauziah, Dewi, dan Oka...,
Hari
ini, 26 Juni 2013.. tepat 18 tahun usia sahabat dan motivator terbaikku.
Apriana Nurhidayah.
“Maaf
ukhti.. kami tidak bisa memberi sesuatu yang special, apalagi istimewa untukmu
hari ini.” Aku memberi sebuah buku bersampul biru muda padanya...ia memandangku,
seolah menyiratkan pertanyaan. “Apa ini ?”Aku buru–buru menyadari.
“Aku
wakilkan semua perasaanku lewat tulisan yang ada di dalam buku itu ukhti.” Ucapku. Ia mengangguk. “iya..terima
kasih ukht” balasnya.
Tak ada yang istimewa sama sekali
hari ini, hanya biskuit yang bertumpuk, yang kami anggap sebagai kue ulang
tahun, dan sebatang lilin putih. Sesederhana itu saja. Aku melihat ia
mengatupkan kedua tangannya ke muka
,kemudian
menyeka lembut sudut matanya.
Pintu
mushola berderit, angin membelai lembut wajahku di bawah temaram cahaya lampu.
Malam telah membentangkan
gelapnya dengan sempurna. Aku melirik arloji yang melingkar di
pergelangan tangan
kiriku , 12.43.
# # #
Qodratullah ,Green
Ma’had, Akhir juni 2013
Taukah
kalian, buku yang ku beri untuk Apriana di hari ulang tahunnya itu, hanya
berisi tulisan –tulisan biasa, tapi aku tak pernah menyangka jika itu bisa
membuat jatuh kristal-kristal bening dari sudut matanya.
Seperti
sore itu, saat aku tak sengaja keluar dari pintu utama asrama kami. Aku
melihatnya duduk di tangga paling atas sambil menyeka sudut matanya, buku
bersampul biru itu tergeletak di samping tempat duduknya begitu saja. Aku
merebahkan tubuhk , duduk di sampingnya.
“Mengapa
menangis ukht?” pertanyaan itu terlontar begitu saja tanpa aku sadari.
Dan
seperti yang kuduga, ia menggeleng..“Tidak apa –apa,” ucapnya lemah, lalu
meninggalkan aku begitu saja.
Sore
itu merambat pelan,, langit kuning keemasan seperti sisik naga yang tersepuh,
sejenak aku termenung, apakah karena bait – bait tulisan itu??
Entahlah...
aku jadi merasa bersalah padanya.
#
# #
“Catatan Hati Sang Pemimpi” begitu yang
tertulis di bagian paling awal tulisan itu.Setelah dilihat, di semua lembar
tulisan itu lebih mirip seperti narasi, dengan dilengkapi tanggal di sudut
kanan atas buku. Itu adalah catatan hatiku
belakangn ini.
Ma’had kami,18 mei 2013
“Qodratullah”.... surga kecil yang telah
mengajarkan aku banyak hal.... mengeja Al Quran, dan tentu saja sejuta
kebersamaan dan indahnya berbagi....
Dulu.. aku yang
tertutup dan tidak mau mengenal siapapun,
cengeng, dan menangis dengan memasukkan kepala ke dalam lemari..
lucu sekali jika harus ku kenang hingga
saat ini.. di tempat ini juga aku dikenalkan dengan sosok –sosok manusia aneh, lucu, dan entah harus
bagaimana aku mendefenisikannya. Wajah wajah yang tidak ku temukan dalam dunia ku dulu. Mereka
yang telah mengajarkan kepadaku makna sebuah kehidupan...hingga aku bisa
mengerti,..
namun.. waktu yang menelan kebersamaan ku bersama mereka,,, tak dapat aku
lukiskan,, ternyata sampai di sini gilingan mata penaku di ma’had ini..., ukhti.. ternyata ini
adalah akhir dari jihad ku, jihad mu , dan jihad kita disini. Biarlah waktu yang akan mengakhiri
perjalanan, perjuangan, dan keikhlasan kita di ma’had tercinta ini. Semoga jihad ini berakhir dengan manisnya
sebuah keberhasilan. aku yakin waktu akan berbaik hati untuk mempertemukan kita
kembali,
di episode kehidupan dan perjuangan yang baru..
Di lembar birikutnya.. tulisan tulisan yang sama, namun terkesan ditulis asal-asalan....
Ma’had kami 05 juni 2013
Ukhtie sayang... dulu.. kamu sering
bercerita tentang keindahan pulau jawa, dan entah mengapa? aku jadi ingin
menapakkan kakiku di sana.
ingin sekali, hingga kau berjanji bahwa kita akan pergi bersama,, dan engkau
janji akan mengajakku keliling surabaya, namun.. aku tak pernah tau , jika
engkau akan pergi lebih dulu.. sebenarnya,, aku merasa impianku
untuk pergi ke sana hilang tanpa bekas..
dan
entahlah., aku tak tau apakah aku masih bisa menapakkan kakiku di sana..,, jika waktu tak
mengizinkan, berarti aku harus rela tetap tinggal di sini. palembang dengan ampera dan sungai musi
nya,....
Lembar
– lembar berikut nya masih dengan cerita yang sama..
“Entah
mengapa aku merasa semakin menjauh dari mimpi – mimpi itu, aku merasa
ada yang akan hilang dalam hari – hariku ke depan.
Malam
ini ingin sekali aku menumpahkan semua keluh ku..Biarlah semua menjadi prolog
perjuangan ku di ma’had ini.. aku
merasakan hal yang berbeda,
di satu sisi, rasanya tetap ingin berada disini, namun disisi lain.. masih ada
jalan yang harus ku belah.. sangat ingin ku katakan bahwa aku masih betah
berteman dengan buku dan pena ini..
walaupun kalian akan menghilang dari hari – hariku.. aku yakin .. waktu
akan kembali mempertemukan kita dalam
wadah ukhuwah.. di lain episode...”
Di lembar berikutnya, di tulis dengan huruf
kapital ucapan “ Happy Birthday”.. dan
serangkaian tulisan yang di tulis dengan sangat apik..
Sudut indah Qodratullah, 26 Juni 2013
Saat terbetik sebuah harapan di kalbu mu..
sebuah mimpi akan tertulis di lauh mahfudz –Nya.. dan saat ini aku ingin ikut menulis mimpi itu
untuk mu.. “Semoga tak hanya keindahan
pulau jawa yang kita saksikan bersama.., tapi california dengan segala
keajaiban di dalamnya”.. oh iya, berangkat ke jawanya kapan ukht??? Semoga saja
setelah wisuda “ Haflatul wada’ “ kita Juli nanti.. jadi nggak
buat sedih teman teman....ehm,, semoga Allah menaungi mu selalu dalam
lindungannya.. dalam indah nya Mahabbah ... semoga langkahmu kali ini tetap
menjadi jihad..dan menjadi awal dari sebuah keberhasilan,, aku yakin kita akan
menjdi orang yang sukses ... kita
bertemu setelah kesuksesan itu telah kita rengkuh... ukhti.. Kami menyayangimu
karena Allah...
“HAPPY BIRTHDAY
UKHTIE... MAY ALLAH BLESS YOU....
Lembar
– lembar berikutnya tak ada lagi guratan
pena..hanya lembar – lembar kertas yang belum sempat ditulisi..
#
# #
Pintu
kamarku berderit,aku terperanjat dan slide kenangan itu hilang begitu saja,
sesosok wajah menyembul dari balik pintu diikuti oleh senyuman manis. Aku buru
– buru duduk dan tersenyum. Dia begitu ramah dan mengulurkan tangannya.
“Yuyun
Wahyuni.” kenalnya.
“
Ayu..., Lengkapnya Ayu Lestari. “ Balasku.
“Oh..
“ Dari mana”? tanyanya lagi.
“Dari
Palembang.” Jawabku singkat.
“Saya
asli Mojokerto
.” lanjutnya.
“Iya.” Aku hanya mengangguk.
Perkenalan singkat itu berlanjut dengan basa–basi saedanya. Satu jam berikutnya
aku kembali disibukkan dengan perkenalan antar room’s members. Umi Firdausiyah,
Faidhotur Rohmah Firdausi, Izadatul Husna, Novivy Ratna Sari, Isna Azizah, dan
satu nama yang aku selalu lupa atau bahkan salah saat menyebutkannya, Shofhatul
Maulidiyah Hasanah. Dan ingin kukatakan bahwa mereka semuanya perfect, tiap
lekuk wajah mereka seperti pahatan indah dan elegant. Bahkan membuatku
terperangah.
Satu menit... Lima menit ..hingga
satu jam berlalu, semua membuatku ingin tertawa. Aku hanya melongo mendengarkan
mereka berbicara, dan seperti anak kecil yang tanpa tau apa yang mereka
bicarakan. Bingung,,
mau diam atau ikut tertawa, atau mungkin aku yang di tertawakan. Ah.. entahlah,
mereka memberiku makna yang ambigu.
“Ayu ora ngerti rek.” Kalau tidak
salah, begitu yang ku dengar di akhir percakapan mereka, selanjutnya diikuti
derai tawa semua yang ada di kamar, ~ kecuali aku ~.
# # #
Malang , Akhir
Agustus 2013
“Ayo
yukk..” mbak Husna meneriaki ku dari
tangga lantai tiga mabna kami ~ada embel
embel huruf “k” di ujung namaku sekarang~.
“Iya
mbak, Ayu turun nih..”
Aku berjalan setengah berlari, bergegas menuruni
tangga, adzan isya menggema, menelisik sayup di antara begitu banyak kesibukan
yang berseliweran. Sempat sempatnya aku membalas short message yang baru saja
muncul di inbox. Dalam sepersekian menit, aku telah menekan tombol send, dan
melayangkann pesan singkat kepada si pengirim.
“Maaf
mbak ,, lama.” Sesalku.
“Ndak
apa yukk.” Ucapnya dengan logat khas.
Kami berjalan berdampingan, dan
berpisah di pertigaan masjid Ulul Albab. Aku mempercepat langkah agar segera
sampai di kelas tanpa embel embel terlambat, dan benar saja, kelas terbuka dan
hanya ada dua orang teman yang sibuk berkutat dengan gadged masing–masing. Aku
menarik nafas lega, lalu duduk dan mengeluarkan buku pelajaran sebelum kelas Pkpba dimulai. Sepuluh menit
berikutnya kelas mulai ramai, lebih mirip pasar minggu ku kira.
“Bismillah..awal perjuangan yang
sulit, semoga menuai sebuah keberhasilan di akhirnya, diawali dengan tangis,
semoga berakhir dengan manisnya senyuman kepuasan. Do’aku dalam hati.”
# # #
Malang, Pertengahan September, 2013
Setelah sebulan aku berada di duniaku yang
baru, begitu banyak hal aneh, lucu, yang
tak bisa aku ceritakan di lembar–lembar ini. Entah mengapa malam ini
aku begitu rindu ingin menggoreskan tinta di lembar lembar catatan hatiku. Entahlah... Akupun
tidak memahaminya.
“Catatan
Hati Sang Pemimpi”.
Kata itu tertulis di bagian paling awal tulisan. Di bawah cahaya redup lampu kamarku, aku
seolah merasa seperti kembali ke masa lalu, mataku seolah menerawang menembus
langit–langit
kamar, aku benar benar merasakan sensasi yang berbeda setelah berada di kota ini.
Aku tak bisa berbohong bahwa aku ‘kerasan’ tinggal disini, bahkan mungkin kota
ini telah mencuri separuh dari hatiku. Walau di sisi lain aku tetap merindukan
Palembang dengan segala keindahan dan orang–orangnya tentu saja. Aku menikmati detik
detik saat aku berada disini, tempat yang dulu aku pikir bahwa aku tak akan
pernah berada dan menapakkan kakiku di sana.
Perlahan aku mulai membuka lembar
buku catatan itu, terakhir aku menulis, minggu lalu sepertinya.
Campus Ulul Albab , 12
September 2013,
“Apa
kabar ukhtie?? Ku harap kau tidak kaget saat membaca tulisan – tulisan ini, aku
tau kau memiliki setumpuk jadwal dan segudang kesibukan. Awal agustus lalu aku
mengirimkan sebuah e-mail,
tapi tak ada balasan, dan akhirnya aku berencana menulis disini. Tapi
entah kapan aku bias memberikannya .
Aku punya banyak cerita ukhti, yang mungkin semua tak sempat ku ceritakan
disini, libur semester nanti, kita akan bercerita banyak hal. Oke.
Ehm..
terkadang memiliki dan berada di dekat kalian memang membuatku jengah dan bosan,
tapi taukah kalian, taukah kamu ukht...tanpa kalian,
ternyata
hariku juga menjadi kelabu dari biasanya. Dan kamu tau ukht? Di
sini aku seperti menemukan dunia baru, rasanya seperti berada
di planet lain, asing sekali, tapi pertama kali aku memasuki kota malang , aku
seperti mendapatkan sebuah sengatan magic yang tidak dapat aku
defenisikan.Seolah ada yang mengatakan bahwa disini mimpi
- mimpi
ku akan berawal, tapi aku juga tidak tau ukht.
Oh iya.. ingin
ku katakan bahwa aku seperti menemukan sosok kalian kembali dalam episode
perjuanganku kali ini, yah..dengan teman baru, dalam dunia yang juga baru. Mereka
seperti memberiku kekuatan, di kamar aku sering ditertawakan, di anggap lucu
dan mengalihkan dunia mereka. Padahal, kupikir itu hal yang
dulu biasa aku lakukan bersama kalian, entah mengapa aku dijadikan sebagai
media hiburan mereka, tapi tak apa, dengan begitu semua menjadi lebih berwarna.
Iya
kan???
Ehm... tawaranmu untuk mengajakku
keliling surabaya masih berlaku kan?? Aku yakin kamu tidak akan lupa.
Itu catatan minggu lalu, malam ini aku kembali
mengguratkan mata penaku.
Campus Ulul Albab 19 September 2013
Ehmmm...Ukhti,,
aku masih setia berteman dengan buku dan pena ini. Terima kasih untuk ucapan
ulang tahun mu di hari ultah ku kemarin,, aku senang kok, walau hnya dikirim
lewat sms.. ternyata, walaupun jauh..kalian tak melupakan aku, haha.. ehm..aku punya cerita ukht,,, Ultah ku
kemarin di rayakan oleh teman satu kamarku, di nyanyikan lagu” Happy Birthday”
dan di suruh potong kue imitasi~ setumpuk biskuit dengan susu dan taburan
energen diatasnya ~sama seperti yang kalian kakukan saat ulang tahunku dulu.
Aku bahagia banget tau.. sesuatu yang
menurutku cukup ‘surprise’.
“ayo yuk.. potong kuenya.” Mereka
menyuruhku memotong kue, sambil bertepuk tangan, aku malu ukht,,,, sedih juga
sih sebenarnya, aku membayangkan jika kalian hadir dan berada di ultahku saat
itu.
Aku membayangkan saat kalian
menyanyikan nasyid Brother “Untukmu Teman” lalu kita saling menggenggam tangan
satu sama lain, memejamkan mata lalu menangis bersama. Sungguh masa–masa yang tak pernah
bisa hilang dari benakku...Ukhtie.....aku menyayangi mereka...aku menyayangi
kalian karena Allah..
Aku tak sanggup untuk melanjutkan tulisan itu..
perlahan, aku menutup catatan itu. Aku menghela nafas pelan, rasanya aku ingin
segera terlelap, dan bangun dengan sejuta harapan yang baru.
Dalam
rihlah panjang, Campusku tercinta, Ulul Albab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar