1
Maret 2009, dalam pesona senja
Entah mengapa senja adalah waktu yang
seolah menyihirku. Sepenuhnya. Setiap hari di waktu yang juga sama aku selalu
berdiri disini, di balkon rumaku untuk menikmati pesona senja. 5.20..
seharusnya sekarang adalah waktu yang tepat untuk membeli pengganjal perut,
namun aku sudah tak menghiraukan rasa lapar lagi. Toh nanti juga
rengekan-rengekan itu akan berhenti dengan sendirinya. Ada saja hal yang
menarik untuk direnungi setiap kali senja menjelang.. entah itu rasa kangen
kampung halaman yang menggebu, tentang hatiku yang separuh telah hilang bersama
dia, atau hanya fikiran-fikiran tentang hal-hal tak penting yang tidak sengaja
nimbrung. Semua itu terasa sangat membahagiakan. Langit, selalu memberi pemandangan
terindah yang tak bisa aku lukis dengan kata-kata. Penggal-penggal kisahku
seolah semuanya lebur dalam pesona yang kian menguning di bawah kaki horisonmu.
Terlupakan. Entah dimana akan kulabuhkan kisah ini? Seperti tiada ujungnya
saja. Ah sudahlah. Langit. Kuceritakan dengan sangat detail pun kau tak akan
pernah tau, tidak akan.
* * *
Kumandang azan
menggema melalui menara yang menjulang di samping rumahku. Langkah ringan
memaksaku untuk masuk, menuliskan sebuah surat. Surat kelima yang kutulis untuk
orang yang sama. Pertama ingin kukatakan bahwa aku telah jatuh cinta pada
seseorang. Namanya Farhan, aku menyukai dia secara diam-diam. Hanya hatiku yang
terus berbicara jika aku menyukai dia. Aku selalu menulis surat setiap kali
senja tenggelam di ufuk barat. Entahlah, seperti satu inspirasi datang setiap
kali senja pulang.
“Apa kabar anda
tuan bermata bening?, Tuan..mungkin malam ini aku tidak akan bisa tertidur
dengan lelap, aku ingin anda bernyanyi sebentar saja. Mendendangkan sebuah lagu
di telingaku. Tuan…tuan bermata bening, saat mengingat semua tentang anda,
rasanya semua duniaku berubah menjadi berwarna biru. Ah tidak, lebih tepatnya
kali ini aku akan bercerita tentang sebuah mimpi. Mimpiku yang mungkin akan
terwujud, atau mungkin juga tidak. Mimpiku sederhana tuan, aku ingin
menjejakkan kakiku di eropa ketika 4 musim bersama anda. Ah, benar-benar mimpi
yang konyol bukan??. Tapi entahlah, apakah anda juga merasakan hal yang sama?
Semoga jawabannya “iya”.
* * *
Kulipat surat itu,
kumasukkan dalam amplop berwarna merah jambu. Derit laci terdengar mengejek
saat ingin kumasukkan surat itu di tumpukan paling bawah setelah buku-buku
berukuran tebal. Ah, ini adalah surat kelima. Besok lusa mungkin akan ada surat
keenam, ketujuh dan seterusnya. Tak ada pak pos, andaikatapun ada aku tak akan
mengirimkan surat-surat berisi pengakuan bodoh ini. Tidak akan. Aku merebahkan
tubuhku, meneliti langit-langit kamarku, ah andai ia dapat bicara mungkin ia
akan ikut mengejekku. Terlalu bodoh untuk mencintai seseorang yang tak pernah
mengenalku. Tapi tak apa, ini jalan yang aku pilih. Bukankah tidak ada masalah
dengan mencintai tanpa dibalas, toh cinta tak harus memiliki bukan??. Semua
terdiam, ruangan senyap. Hanya aku dan deru nafasku yang kian memburu. Langit, tolong
bilang padanya bahwa “Aku mencintai Dia”
* * *
5 Maret 2009. Dalam pesona senja
yang masih sama.
Kembali
lagi di saat senja hampir menghilang, aku masih berdiri disini, balkon rumahku.
Akan kuhabiskan waktuku sampai azan maghrib kembali memanggilku untuk
menuliskan sebuah surat kepada orang yang sama. Surat yang tak akan pernah
kukirimkan kepada dia. Surat rahasia yang hanya akan menumpuk di dalan laciku.
Surat kesepuluh kalinya.
Untuk anda tuan bermata bening…
Anda yang telah mengajarkan aku
untuk jatuh cinta, jatuh cinta yang berkepanjangan. Anda mengajarkan aku
terobsesi dengan khayalan. Hai anda tuan bermata bening…..
Ceritakan kepadaku seberapa banyak
mantera yang anda baca. Apa saja?? Ceritakan padaku tuan. Aku merasa ini seperti
mimpi tuan, mimpi yang tak kunjung berakhir. Di alam nyata, anda tidak mengenalku,
tapi di alam mimpi anda mengenalku dengan sangat baik.,
Wahai tuan, tuan bermata bening…
berikan aku satu alasan, agar akudapat melupakan anda. Satu saja, tak perlu banyak.
Berikan aku alasan agar aku berhenti menulis surat-surat konyol ini. Tuan
bermata bening…karena mencintai anda selama ini aku tidak memiliki alasan
apapun, maka untuk meupakan anda pun aku tidak memiliki alasan.
* * *
8
Maret 2009.
Ku
terhempas dan jatuh di kegelapan malam..
Memaksaku
untuk menerima satu kenyataan..
Hari
ini langkahku yang harus melupakan, sejuta harapan untuk selamanya..
Nada dering dari telephon
genggam membangunkanku, 3 missed call dari nomer tak dikenal. Ah, paling juga
Zaza yang selalu iseng menggodaku, aku membatin. Aku melirik jam dinding yang
tergantung tepat di atas kepalaku. 05.25 sore. Sepertinya aku terlalu lama
tertidur Ah, senja hampir pulang, saatnya menghabiskan waktu untuk senja. Aku
melangkah gontai, menjejaki balkon tanpa alas kaki, eitt..tunggu dulu, ada
sebuah benda tergeletak di pojok kiri bawah di ujung balkon. Aku memungutnya.
Selembar amplop berwarna ungu tua, anonym, tak ada nama pengirim disana, tapi
itu di tujukan untukku. Namaku tertulis di bagian belakang amplop, di sudut
kanan atasnya. Aku membuka dan melahap kata demi katanya. Menyentuh sekali, dan
hatiku bergetar. Ada banyak sekali pertanyaan yang ingin berloncatan keluar di
kepalaku. Tulisan yang benar-benar tertata dengan rapi. Jarak space yang sama,
mungkin si pengirim menggunakan penggaris untuk mengukur jarak setiap
tulisannya.
“Selamat hari
perempuan sedunia, perempuan tegar. Aku tau kau adalah perempuan senja yang
kuat. Perempuan yang keras kepala dan tak mau menyerah. Maaf untuk mengganggu
menghabiskan senjamu karena surat ini, aku tau kau akan datang untuk
menghabiskan senja disini. Aku melihatmu setiap hari, saat rembang senja
berubah menjadi kemerahan di ufuk barat. Kau memang perempuan yang tak pandai
mengungkapkan perasaanmu. Jangan tanya ada apa? Aku mengetahui semua tentangmu.
Bagaimana kau bercerita kepada Zaza bahwa kau begitu menyukaiku, kau tau Zaza
adalah saudara sepupuku. Hah..kau memang perempuan yang tak pandai menjaga
rahasia yaa. Tapi tak apa, aku bangga disukai perempuan sepertimu. Hari ini,
kau tau ini hari apa? Hari ini adalah hari perempuan sedunia, semua perempuan
berbahagia hari ini. Kau kemana saja perempuan senja. Kau baru menampakkan
dirimu saat langit berubah menjadi warna kuning. Aku ingin mengatakan sesuatu..
Jantungku berdetak
lebih cepat dari biasanya, tak ingin kulanjutkan kalimat itu, apa yang akan dia
katakana. Apa dia akan mengatakan aku adalah perempuan bodoh, atau dia akan
memutus semua harapanku, menyuruhku untuk tidak membuat surat-surat konyol,
apalagi sampai menyukainya. Ah, malu sekali rasanya, semua yang aku lakukan
benar-benar bodoh, aku bercerita kepada sahabatku yang ternyata adalah saudara
sepupunya. Ingin sekali aku meneriaki Zaza dan marah padanya. Tuhan,
selamatkan hatiku!”
Rasa penasaranku
mengalahkan semuanya, aku membaca kalimat terakhir si surat itu.
“Perempuan senja,
aku ingin kita membuat sebuah perjanjian, kau harus tetap datang setiap kali
senja menjelang, karena aku akan berada disana. Aku menunggumu perempuan senja.
Farhan.
Hatiku bersorak,
Aku sungguh dalam buncah bahagia. Terimakasih tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar