Sabtu, 19 September 2015

Surat Senja di 8 Maret




1 Maret 2009, dalam pesona senja
Entah mengapa senja adalah waktu yang seolah menyihirku. Sepenuhnya. Setiap hari di waktu yang juga sama aku selalu berdiri disini, di balkon rumaku untuk menikmati pesona senja. 5.20.. seharusnya sekarang adalah waktu yang tepat untuk membeli pengganjal perut, namun aku sudah tak menghiraukan rasa lapar lagi. Toh nanti juga rengekan-rengekan itu akan berhenti dengan sendirinya. Ada saja hal yang menarik untuk direnungi setiap kali senja menjelang.. entah itu rasa kangen kampung halaman yang menggebu, tentang hatiku yang separuh telah hilang bersama dia, atau hanya fikiran-fikiran tentang hal-hal tak penting yang tidak sengaja nimbrung. Semua itu terasa sangat membahagiakan. Langit, selalu memberi pemandangan terindah yang tak bisa aku lukis dengan kata-kata. Penggal-penggal kisahku seolah semuanya lebur dalam pesona yang kian menguning di bawah kaki horisonmu. Terlupakan. Entah dimana akan kulabuhkan kisah ini? Seperti tiada ujungnya saja. Ah sudahlah. Langit. Kuceritakan dengan sangat detail pun kau tak akan pernah tau, tidak akan.
*  *  *
Kumandang azan menggema melalui menara yang menjulang di samping rumahku. Langkah ringan memaksaku untuk masuk, menuliskan sebuah surat. Surat kelima yang kutulis untuk orang yang sama. Pertama ingin kukatakan bahwa aku telah jatuh cinta pada seseorang. Namanya Farhan, aku menyukai dia secara diam-diam. Hanya hatiku yang terus berbicara jika aku menyukai dia. Aku selalu menulis surat setiap kali senja tenggelam di ufuk barat. Entahlah, seperti satu inspirasi datang setiap kali senja pulang.
“Apa kabar anda tuan bermata bening?, Tuan..mungkin malam ini aku tidak akan bisa tertidur dengan lelap, aku ingin anda bernyanyi sebentar saja. Mendendangkan sebuah lagu di telingaku. Tuan…tuan bermata bening, saat mengingat semua tentang anda, rasanya semua duniaku berubah menjadi berwarna biru. Ah tidak, lebih tepatnya kali ini aku akan bercerita tentang sebuah mimpi. Mimpiku yang mungkin akan terwujud, atau mungkin juga tidak. Mimpiku sederhana tuan, aku ingin menjejakkan kakiku di eropa ketika 4 musim bersama anda. Ah, benar-benar mimpi yang konyol bukan??. Tapi entahlah, apakah anda juga merasakan hal yang sama? Semoga jawabannya “iya”.
*  *  *
Kulipat surat itu, kumasukkan dalam amplop berwarna merah jambu. Derit laci terdengar mengejek saat ingin kumasukkan surat itu di tumpukan paling bawah setelah buku-buku berukuran tebal. Ah, ini adalah surat kelima. Besok lusa mungkin akan ada surat keenam, ketujuh dan seterusnya. Tak ada pak pos, andaikatapun ada aku tak akan mengirimkan surat-surat berisi pengakuan bodoh ini. Tidak akan. Aku merebahkan tubuhku, meneliti langit-langit kamarku, ah andai ia dapat bicara mungkin ia akan ikut mengejekku. Terlalu bodoh untuk mencintai seseorang yang tak pernah mengenalku. Tapi tak apa, ini jalan yang aku pilih. Bukankah tidak ada masalah dengan mencintai tanpa dibalas, toh cinta tak harus memiliki bukan??. Semua terdiam, ruangan senyap. Hanya aku dan deru nafasku yang kian memburu. Langit, tolong bilang padanya bahwa “Aku mencintai Dia”
*  *  *
5 Maret 2009. Dalam pesona senja yang masih sama.
          Kembali lagi di saat senja hampir menghilang, aku masih berdiri disini, balkon rumahku. Akan kuhabiskan waktuku sampai azan maghrib kembali memanggilku untuk menuliskan sebuah surat kepada orang yang sama. Surat yang tak akan pernah kukirimkan kepada dia. Surat rahasia yang hanya akan menumpuk di dalan laciku. Surat kesepuluh kalinya.


Untuk anda tuan bermata bening…
Anda yang telah mengajarkan aku untuk jatuh cinta, jatuh cinta yang berkepanjangan. Anda mengajarkan aku terobsesi dengan khayalan. Hai anda tuan bermata bening…..
Ceritakan kepadaku seberapa banyak mantera yang anda baca. Apa saja?? Ceritakan padaku tuan. Aku merasa ini seperti mimpi tuan, mimpi yang tak kunjung berakhir. Di alam nyata, anda tidak mengenalku, tapi di alam mimpi anda mengenalku dengan sangat baik.,
Wahai tuan, tuan bermata bening… berikan aku satu alasan, agar akudapat melupakan anda. Satu saja, tak perlu banyak. Berikan aku alasan agar aku berhenti menulis surat-surat konyol ini. Tuan bermata bening…karena mencintai anda selama ini aku tidak memiliki alasan apapun, maka untuk meupakan anda pun aku tidak memiliki alasan.
*  *  *
8 Maret 2009.
Ku terhempas dan jatuh di kegelapan malam..
Memaksaku untuk menerima satu kenyataan..
Hari ini langkahku yang harus melupakan, sejuta harapan untuk selamanya..
Nada dering dari telephon genggam membangunkanku, 3 missed call dari nomer tak dikenal. Ah, paling juga Zaza yang selalu iseng menggodaku, aku membatin. Aku melirik jam dinding yang tergantung tepat di atas kepalaku. 05.25 sore. Sepertinya aku terlalu lama tertidur Ah, senja hampir pulang, saatnya menghabiskan waktu untuk senja. Aku melangkah gontai, menjejaki balkon tanpa alas kaki, eitt..tunggu dulu, ada sebuah benda tergeletak di pojok kiri bawah di ujung balkon. Aku memungutnya. Selembar amplop berwarna ungu tua, anonym, tak ada nama pengirim disana, tapi itu di tujukan untukku. Namaku tertulis di bagian belakang amplop, di sudut kanan atasnya. Aku membuka dan melahap kata demi katanya. Menyentuh sekali, dan hatiku bergetar. Ada banyak sekali pertanyaan yang ingin berloncatan keluar di kepalaku. Tulisan yang benar-benar tertata dengan rapi. Jarak space yang sama, mungkin si pengirim menggunakan penggaris untuk mengukur jarak setiap tulisannya.
“Selamat hari perempuan sedunia, perempuan tegar. Aku tau kau adalah perempuan senja yang kuat. Perempuan yang keras kepala dan tak mau menyerah. Maaf untuk mengganggu menghabiskan senjamu karena surat ini, aku tau kau akan datang untuk menghabiskan senja disini. Aku melihatmu setiap hari, saat rembang senja berubah menjadi kemerahan di ufuk barat. Kau memang perempuan yang tak pandai mengungkapkan perasaanmu. Jangan tanya ada apa? Aku mengetahui semua tentangmu. Bagaimana kau bercerita kepada Zaza bahwa kau begitu menyukaiku, kau tau Zaza adalah saudara sepupuku. Hah..kau memang perempuan yang tak pandai menjaga rahasia yaa. Tapi tak apa, aku bangga disukai perempuan sepertimu. Hari ini, kau tau ini hari apa? Hari ini adalah hari perempuan sedunia, semua perempuan berbahagia hari ini. Kau kemana saja perempuan senja. Kau baru menampakkan dirimu saat langit berubah menjadi warna kuning. Aku ingin mengatakan sesuatu..
Jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya, tak ingin kulanjutkan kalimat itu, apa yang akan dia katakana. Apa dia akan mengatakan aku adalah perempuan bodoh, atau dia akan memutus semua harapanku, menyuruhku untuk tidak membuat surat-surat konyol, apalagi sampai menyukainya. Ah, malu sekali rasanya, semua yang aku lakukan benar-benar bodoh, aku bercerita kepada sahabatku yang ternyata adalah saudara sepupunya. Ingin sekali aku meneriaki Zaza dan marah padanya. Tuhan, selamatkan hatiku!”
Rasa penasaranku mengalahkan semuanya, aku membaca kalimat terakhir si surat itu.
“Perempuan senja, aku ingin kita membuat sebuah perjanjian, kau harus tetap datang setiap kali senja menjelang, karena aku akan berada disana. Aku menunggumu perempuan senja. Farhan.
Hatiku bersorak, Aku sungguh dalam buncah bahagia. Terimakasih tuhan.


           









Tidak ada komentar:

Posting Komentar