Aku Mencintai Hujan, Langit, dan Kamu Sekaligus
Dari sebuah Blog, Aku suka quote ini...
Hujan selalu menyisakan tanya yang tak terjawab
di benakku. Hujan selalu setia menemani setiap pertemuan kita. Adakah hujan
merupakan tanda hadirmu? Dan aku mulai mengintip malu-malu saat tetes pertama
membasahi ujung daun yang membisu, adakah engkau berdiri di ujung jalan sana?
Menanti kita bertatap muka. Berdiri dengan segala pesona, melantunkan simfoni
akan kerinduan yang membuncah di ubun-ubun.
Sayangnya TIDAK. Engkau mungkin ada, menatap
langit yang sama, menghitung tetes demi tetes yang tumpah, ataupun berirama
bersama ketukannya pada tanah. Engkau memang ada. Ada dalam dimensi tak kasat
mata. Ada dalam bayang semu tanpa wujud nyata. Aku dan kamu bertatap muka dalam
fatamorgana.
Hujan mungkin telah purba…
Tapi aku bisa mencium aroma tubuhmu dalam wangi
tanah yang penuh kemewahan. Pun aku bisa melukis wajahmu di setiap tetesnya.
Hujan merefleksikan fantasiku akan wujudmu yang mulai samar tergerus jarak yang
menjauhkan pertemuan. Samar. Hidungmu. Matamu. Bibirmu. Matamu paling jelas
rasanya, penuh pendar kepolosan anak kecil.
Hujan adalah pelebur jeda, perekat tanpa sekat
tapi tak mengikat. Hujan sekali lagi adalah milik kita. Hanya kita dalam bisu.
Saling tatap. Hujan tak pernah hadir saat kita di ujung jalan yang berbeda.
Hujanku, hujanmu, hujan kita. Adalah saat berlari. Seirama walau tanpa
pertautan jemari. Basah seluruh. Sama rata. Terengah, nafas putus-putus,
diakhiri tawa. Mentertawakan Tuhan yang mencandai kita, karena hujan hanya
turun saat kita melangkah satu-satu di jalan beratap langit.
Hujan memang bukan sebuah kepastian, namun ia
adalah ikatan. Penghubung samar akan cinta yang tersisa setelah tergerus
egoisme. Masihkah hujan mengiringi pertemuan kita?
Masih kuingat jelas katamu, “Biar saya duduk di sana”. Dan kau pindah
ke dekat jendela, di mana tetes hujan merembes perlahan, membuatku basah dan
batuk tanpa jeda. Ah..inikah yang dinamakan ROMANTISME? Entah! Yang jelas
nilaimu bertambah di hadapku seiring dengan kadar cinta yang terus menanjak
menuju pintu langit. Mengetuk pintuNya agar terbentang jalan penyatuan. Aku
mencintai hujan, wangi tanah, dan kamu sekaligus.
*hujan masih turun di luar sana, seakan Tuhan
memberiku waktu lebih lama untuk mengenangmu….
Ini cerita Saya..mana ceritamu???
BalasHapus