Tuan, tuan yang menjadi guru kehidupanku.
Malam ini aku tidak bisa tertidur pulas.
Aku ingin mendengarkan kau bernyanyi sebentar saja.
Menceritakan sebuah lagu kehidupan..
Tuan, Saat mengingat tentangmu, duniaku berubah menjadi biru..
Seperti langit. Ah tidak, lebih tepatnya aku ingin bercerita
tentang mimpi
Mimpi-mimpi yang kau titipkan..
Mimpi yang katamu akan segera terealisasi.
Tuan..Kusapa engkau dengan kata “Ayah”
Pemberi warna dan guru kehidupanku.
Manusia terhebat dalam sepanjang sejarahku.
Pemilik mata bening nan tulus tanpa pamrih.
Lihatlah..
Nyanyianmu memang tak selembut suara ibu.
Tapi nadanya begitu tulus dan menyentuh..
Kau membuat tangisku reda..
Walau sentuhanmu tak selembut sentuhan ibu..
Kau mengajarkan aku mendeklamasikan puisi kehidupan..
Memetik gitar dan menyanyikan lagunya penuh makna..
Ayah…
Kau bilang “Jangan menangis anakku! Hidup akan berbaik hati untuk
mimpimu”
Aku percaya ayah..
Aku percaya semua yang kau katakan…
Aku telah menggantung mimpi yang kau titip di dinding kehidupanku.
Aku melihatnya setiap hari ayah…
Ayah..
Aku akan menjadi seperti yang kau katakan..
Maaf untuk tangisku yang mengkhawatirkanmu..
Aku hanya ingin melihat kerut diwajahmu pudar..
Untuk cintamu yang tak pernah kering..
Aku juga lebih mencintaimu tuan “Pemilik ketulusan”
Aku mencintaimu ayah…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar