Terdengar ironiis memang, namun aku
akan mengaku jika kau bilang bahwa aku memenjarakan sendiri hatiku kepadamu.
Mencintaimu aku tak mendapatkan kebebasan sebagaimana manusia normal. Lantas
apakah itu berarti aku bukanlah orang yang normal???
Sejak mataku terbuka untuk melihat
dunia hingga ia kembali terpejam, rasanya dunia ini dipenuhi oleh mimpi-mimpi
buruk yang tak jua kunjung berakhir, dan itu semua tidak lain tentangmu.
Sesuatu yang kucintai bertahun-tahun, namun selama itu pula mengganggu
pikiranku, menjadikan aku seperti orang yang setengah waras.
Mungkin diluar aku memang
biasa-biasa saja, tapi taukah engkau jika sebenarnya aku terus berkejaran
dengan bayang-bayang dirimu yang aku angankan, aku mencoba untuk mewujudkanmu
nyta dalam duniaku, namun itu semua memang tidak bisa. Aku berbohong pada
siriku sendiri, berulang kali mengatakan kalau aku akan segera melupakanmu
namun kenyataan yang ada?? Aku tak pernah bisa. Tak akan pernah bisa.
Mungkinkah???
Setiap hari aku berusaha
men’semogakan’ semuanya. Berbicara pada nuraniku, bahwa aku baik-baik saja
mencintaimu dalam semua sandiwara ini. namun sebenarnya, aku tak pernah
baik-baik saja. Kenyataan bahwa memang aku merindukan kasih sayang yang memang
‘kasih sayang’, aku tak dapat memungkirinya.
Manusa selalu punya batas, zona yang
tak bisa dilewati lagi. Baik, aku akan berhenti jika aku sudah muak, aku sudah
merasa sangat tidak berguna, bahkan untuk cinta yang sudah terlalu banyak
menghabiskan tenagaku. Aku tak akan menyesal, setidaknya aku belajar secuil
arti memiliki dari cinta ‘seperti ini’. Pelajaran berharga yang tak ingin aku
dapatkan dua kali. Tulus namun tak terbalas.
AmpelGading, 4 Juli 2015
Ayu Lestari Zuliadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar