Kita dihukum oleh Jarak
Dibuang jauh dari erat genggaman
Dilempar untuk tabah
Katamu masih sia-sia
Kau bilang bisa melipat jarak, tapi
itu bersyarat
Kita harus bertemu
Kita dihukum oleh waktu
Detik, menit berlari membawa rindu
tanpa nama
Membawa rasa tanpa alasan
Membawa cinta tanpa kesepakatan
Plato mungkin benar
Cinta tak perlu bersyarat
Kita dihukum oleh hujan
Ia mengguyur jalan, memercik di
jendela kaca
Menghantuiku dengan jutaan kenangan
Seolah yang turun bukan air
Tapi bayangan tawa dan jejang kakimu
Setiap hujan datang, aku meringkuk
Terpenjara oleh ingatan
Kita dihukum oleh senja
Seolah kuning jingga adalah darahmu
Apa aku baru saja kehilangan?
“Aku akan menunggu, tak perduli kau
mau datang atau tidak!”
Itu kata-kata dustaku.
Aku pergi ketika gelap menyambar
menyaput senja
Mungkin benar jika senja adalah
darahmu
Aku dihukum oleh doa
Dikutuk oleh kata-kata yang ku
panjatkan pada Tuhan
Dijauhi oleh harapan
Jika dalam lirih doa saja kau tak
bisa kutemui
Bayangkan saja. Dimana aku bisa
menemuimu?
Aku terpenjara
Dan kau adalah sipir
Keluar penjara berarti aku
meninggalkanmu
Biar…
Biarkan..
Aku tak ingin bebas…
Malang, Aku Rindu Kau
Tidak ada komentar:
Posting Komentar